# 6 Juli 2012 #
Sesuai kesepakatan, jam dua tepat mas galih dan aku sudah siap. ternyata tidak hanya kita berdua, tetapi teman sekamarku ikut bareng semua (3 orang)! asiikk.. rame! 🙂 ba’da shubuh aku dan pipit (teman sekamar yang nama panggilannya sama seperti ku dan usia kita hanya terpaut setahun) memutuskan untuk stay hingga dhuha, sementara mba evi dan mba winny memutuskan untuk kembali ke hotel. Aku ingin memaksimalkan hari terakhir di Masjidil Haram dengan semaksimal mungkin. Aku dan mas galih juga sebelumnya sudah janjian untuk keliling masjid ba’da dhuha.
Alhamdulillah ba’da shubuh bisa tilawah lumayan banyak. Setelah sama-sama selesai tilawah, aku dan pipit memutuskan untuk tawaf berdua. Bismillah.. memulai tawaf di tengah-tengah kepadatan pagi itu. Subhanallah.. ternyata tawaf ba’da shubuh itu benar-benar nikmat! Dibandingkan tawaf sebelum-sebelumnya, tawaf kali ini aku paling menikmatinya. Sholat sunnah selepas tawaf pun lebih aku nikmati sebagai bentuk syukur yang tiada terkira. Ya Allah.. hari terakhir.. semoga masih ada kesempatan untuk kembali.. aaamiin
Selepas tawaf, aku dan pipit berpisah. Aku keliling sekitar dan melihat tempat yang belum pernah aku tempati untuk tilawah.. depan ka’bah persis. Allahu Akbar.. mumpung masih ada kesempatan (saat itu masjid lagi dibersihkan) dan karpet masih tergelar (beberapaa meter sebelah kiri, karpet sudah digulung). Aku memutuskan untuk tilawah dan sholat dhuha di situ. Aku bertahan di karpet itu sampai ‘askar’ mengusir. Benar-benar memaksimalkan waktu untuk menikmati hangatnya dhuha. Ya.. dhuha pertama di usia 22 tahun. Allah.. nikmat mengucapkan kalimat-kalimatmu di depan rumahMu. Pipi terasa hangat oleh air mata. Paparan matahari yang sudah mulai muncul terabaikan. Subhanallah, Walhamdulillah, wa Laa ilaa haillallah,wa Allahu Akbar.. menenangkan..
*Foto itu mas galih yang ambil. Aku ada beberapa meter di belakang mas galih. Baru sadar mas galih di depan setelah celingak celinguk karena diusir petugas saat tempatku duduk akan dibersihkan *
Sesekali memandang ka’bah. Masih merasa semua ini rasanya seperti mimpi. Dhuha pertama di usia 22 tahun berada di depan ka’bah. Allahu Akbar..
Jam setengah 8 ketemu mas galih. karena aku cerita tadi abis tawaf, mas galih juga mau tawaf. Akhirnya mas galih tawaf sedangkan aku menunggunya di tangga pintu masuk. Pegangin tasnya dia, jagain sandal, sambil baca al-ma’tsurat dan muroja’ah. Dari tempatku duduk, ka’bah masih terlihat cukup jelas diantara sela-sela tiang.
Selama menunggu banyak yang dilihat dan terkadang bikin senyum-senyum sendiri. Sempat juga melihat petugas kebersihan membersihkan masjid dengan sangat cepat! Wow! Karpet dilipat, Sandal-sandal yang menghalangi mereka kerja dilempar. tuing… tuing..tuing.. >.< (Alhamdulillah sandal aku dan mas galih sudah aman ditanganku. Kalau sampai kena korban lempar, mencari sandalnya agak sulit karena akan bercampur dengan ratusan sandal). Karpet tergulung, lantai bebas dari sandal, air pel-an pun mereka siram. Setelah itu mereka pel bersama-sama. Melihat muka-muka mereka nampaknya cerah dan senyum terus loh! Sesekali antar mereka saling bercanda 😉 kerja ikhlas tanpa beban..
Tidak hanya itu, aku melihat anak perempuan timur tengah berusia kurang dari satu tahun yang baru bisa merangkak. Cantik dan lucu. Di lantai masjid (setelah di pel) dia bebas merangkak sementara orang tuanya memantau dari belakangnya. Saat naik tangga pun si anak tidak mau digendong. Dia terus merangkak sampai atas dan bapaknya menjaga dan sesekali membantunya naik :”)
Selesai mas galih tawaf, kita keliling masjidil haram. Di lantai dua akhirnya menemukan tempat ber-ac! Huahaaha! Banyak yang tidur……… pindah ke tempat yang agak sepi (masih di ruangan ber-ac), mas galih asik foto dan aku berjalan agak ke dalam. Sedang asyik jalan menikmati detail arsitektur masjid, ditepok sama askar perempuan. Kaget! Dia pun memberi salam dan meminta maaf karena sudah bikin saya kaget. Aku sempat terkesima. Bahasa indonesianya mulus banget. Ah ternyata benar, askar ini asli dari kalimantan Indonesia. Dia sudah dua tahun menjadi askar. Dia senang sekali diajak ngobrol 🙂 kesempatan itu aku pakai untuk bertanya bagaimana ke lantai tiga. Dia bilang jam-jam segini biasanya akses ke atas ditutup. Hmm.. tapi aku dan mas galih tetap berusaha mencari celah untuk naik ke atas. Dan hasilnya… nihil.
Berkeliling, foto-foto… akhirnya kita kembali ke hotel untuk sarapan dan persiapan untuk jum’atan atau pun tawaf wada (perpisahan). Hari ini hari Jum’at dan hari terakhir kita di makkah. Ba’da jum’atan kita menuju madinah. . Awalnya sempat menjadi perdebatan diantara jama’ah. Kita ke madinah sebelum jum’atan atau setelah jum’atan. Mayoritas jama’ah sepakat untuk jum’atan dulu di masjidil haram. Selagi ada kesempatan.. Aku tidak mengikuti jum’atan tetapi melaksanakan tawaf wada.
Setelah sarapan, dan kembali ke kamar sejenak akhirnya kembali lagi ke masjidil haram untuk tawaf wada. Kali ini aku tawaf hanya berdua dengan mba evi.
Sebelum tawaf, kita sepakat untuk sholat terlebih dahulu di Hijir Ismail. Sebelumnya sempat merasa tidak yakin bisa sholat di Hijir Ismail. Penuh.. mendekati ka’bah aja terasa nihil. Astaghfirullah. Niat dan keyakinan pun diperbaharui. Bismillah.. bisa! Menginjakkan kaki di kawasan tawaf semakin menambah keyakinan. Benar, ternyata menerobos orang menuju Hijir Ismail tidaklah mudah. Nyaris saja aku dan mba evi terbawa arus menjauh dari Hijir Ismail. Tetapi subhanallah rasanya dipermudah di detik-detik terakhir. Lowong! Langsung nyelip dan… alhamdulillah sudah di Hijir Ismail.
Allah.. ini Hijir Ismail?? Allahu Akbar………! mba evi sholat duluan aku menjaganya dari belakang karena kondisinya sangat penuh. Semakin lama, aku merasa semakin lapang. Alhamdulillah ternyata aku bisa sholat tanpa perlu menunggu mba evi selesai. Allah… banjir air mata! Rasanya tidak percaya berada di Hijir Ismail. Do’a di perbanyak di setiap sujud. Alhamdulillah bisa empat roka’at dengan dua kali sholat masing-masing dua roka’at. Selesai sholat pun masih sempat juga memanjatkan do’a yang rasanya tidak ada habisnya. Selama sholat dan berdo’a rasanya biasa aja (tidak merasa bahwa kondisinya penuh parah). saat sholat yang pertama memang merasa kepala seperti ketendang. Tapi hanya sekali itu saja. Selebihnya Alhamdulillah wa syukurillah aman 🙂 selesai berdo’a, rasanya baru disadarkan bahwa Hijir Ismail sangat sangat padat! Setiap orang berebut ingin sholat padahal tempat sangat kecil. Okey, kita keluar dan memberi kesempatan dengan yang lain.
Keluar dari Hijir Ismail, aku membalikkan badan ke ka’bah dan bilang ke mba evi “mba, aku mau pegang ka’bah. Aku mau tahu teksturnya kain penutup ka’bah (kiswah)”. Kita sama-sama mendekati dinding ka’bah. Aku meraba dinding ka’bah dan seketika itu juga merasakan speachless…. Allahu Akbar, selama ini aku hanya melihatnya dari foto! Paling dekat saat tadi sholat di multazam.. kini aku bisa memegangnya! Teksturnya tebal. Cukup meraba sebentar. Rasa penasaran telah sirna.
Ayo siap tawaf wada! 😀 bismillah.. panas semakin terik. Alhamdulillah tidak terlalu dirasakan. Berusaha menikmati tiap langkah di tawaf terakhir kali ini. Allahu Akbar.. saat sholat sunnah setelah tawaf di belakang maqom ibrahim…… Adem! Serius deh……
sholat sunnah kali ini kulakukan dengan sangat lama. Detail tiap do’a dimaknai. Terima kasih ya Allah atas 21 tahun usia yang telah kau amanahkan dengan limpahan kasih sayang-Mu…. Kini aku siap mengisi usia 22 tahun dan seterusnya dengan lebih baik lagi. Bismillah..
Selamat tinggal Masjidil Haram.. semoga aku cepat kembali lagi bersama orang tercinta lainnya.. aamiin..
kembali ke hotel untuk rapih-rapih. rapih-rapih sambil menyaksikan streaming jum’atan di masjidil haram. Subhanallah.. :”)
oh iya! inget kasus penitipan dompet! waktu sarapan tadi pagi sepi. ya udah balikinnya pas mau berangkat ke madinah aja deh. kan ngumpul semua tuh ya… *bener-bener ga kepikiran tuh dompet isinya penting bagi si pemilik atau ga. isinya berapa juga ga tau. ga dibuka sama sekali. aneh.. merasa tanpa beban dan yakin balikinnya pas mau berangkat ke madinah aja*
Barang-barang sudah rapih. Koper sudah diletakkan di lobby oleh petugas. Jam 2 siang selepas sholat jum’at kita menuju ke Madinah.
rombongan di bagi menjadi dua bis. saat naik ke bis aku melancarkan misi mengembalikan dompet. kisah dramatis pun dimulai…..
dengan santainya aku bicara ke masing-masing orang yang ada di bis ku. di mulai dari yang terdepan
aku: bu, semalem nitip dompet sama saya ga?
ibu 1: ga.. oooooo… jangan-jangan ini dompet yang di ributin sama ibu 3 tadi pagi. si ibu 3 ada di bis satunya lagi mba.
aku: heh?? *bingung*
ibu 2 (duduk dekat tangga bis yang tengah, tempat aku turun dari bis): mba, itu dompet ya? itu tuh yang punya di bis satunya lagi! *terlihat agak marah dan menahan emosi*
sesampainya di bis berikutnya aku langsung bicara di depan bis,“siapa yang semalem nitip dompet sama saya?? saya lupa..”
suasana bis mendadak ramai. aku tambah bingung.. ada ibu-ibu yang bicara ke arah ibu 3, “wah… tuh bu dompetnya ketemu, makanya jangan asal menuduh. kasian ibu-ibu yang tadi”. yang lain bicara, “segera minta maaf”. aku dengan muka bingung menghampiri ibu 3. “maaf banget bu saya lupa kalau ibu yang nitip dompet ke saya. dari setelah umroh semalem kita ga ketemu. maaf ya bu..”
ibu 3 dengan malu-malu bicara,“gapapa mba, saya juga lupa….” waduh! aku ga terlalu memperhatikan beliau bicara. ga konsen karena pada ramai. oke. dari pada tambah bingung, aku undur diri dan segera kembali ke bis untuk minta maaf dan mendapat cerita selengkapnya dari ibu 2. sepertinya beliau yang jadi tertuduh.
sesampainya di bis, bener aja.. ibu 2 langsung cerita kronologis tuduh menuduh mencuri dompet sambil nangis. Astaghfirullah.. ga nyangka efeknya jadi separah ini. aku dan ibu 2 sama-sama tabayun. ibu 2 menangis sampai sesenggukan. suaminya yang ada di sebelahnya menguatkan cerita istrinya sambil menenangkan istrinya.. aku… berkali-kali meminta maaf…..
hikmah yang kuambil dari peristiwa ini. jangan menunda! jangan menuduh. menuduh itu sangat fatal! berikutnya, mungkin memang sama Allah ga boleh belanja dulu..
kira-kira begitulah drama dompetnya. Drama dompet berakhir, perjalanan ke Madinah dimulai. Perjalanan ke Madinah disuguhi pemandangan padang tandus dan kota yang sepi.
Karena perjalanan cukup jauh, kita sempat berhenti di salah satu tempat ‘rest area’. Kita berhenti di sana untuk sholat ashar. suasana ‘rest area’ di tempat itu sama seperti layaknya ‘rest area’ di Indonesia. Ada pom bensin, rumah makan, dan toko serba ada.
Saat kita di sana, ada juga yang jual habbat sauda (jinten hitam) dan madu. Beberapa jamaah ada yang membeli untuk oleh-oleh. Di saat yang lain sibuk belanja madu untuk oleh-oleh, kita yang dasarnya iseng malah asik jajan di salah satu mini market. Beli beberapa jajanan untuk ngemil selama perjalanan 🙂 (padahal dapet roti dan minuman dari travel)
semua sudah sholat ashar, perjalanan dilanjutkan. langit semakin gelap dan pemandangan sekitar sudah tidak ada yang menarik. ustadz sempat bercerita tentang hijrahnya rosululloh ke madinah. beliau menuju madinah selama 8 hari dengan naik unta dan dibayang-bayangi oleh kejaran musuh beliau. kita.. naik bis ber-ac yang nyaman dan perjalanannya selama lebih kurang 7 jam. Allahu Akbar… kalau melihat jalanan sekitar saat ini, ga kebayang jaman rosul seperti apa. luar biasa.. pantas saja jika yang berhijrah orang ‘pilihan’ dan balasannya adalah syurga……….
ustadz sudah mulai berhenti berbicara, bis hening..
setelah membaca al-ma’tsurat dan mendengarkan murottal, aku akhirnya ketiduran…
sampai di madinah sekitar jam 9 malam. kita langsung menuju hotel. hotel di madinah lebih bagus dan lebih dekat dengan masjid dibandingkan saat hotel di makkah. kota madinah juga terlihat lebih apik dan resik. mungkin menjadi salah satu efek karena Madinah adalah tempat hijrahnya Rosululloh.. Allah pasti akan memutuskan hijrah ke tempat yang jauh lebih baik kan ? 🙂
sampai di hotel kita langsung diarahkan menuju ruang makan untuk makan malam. setelah makan malam, kunci kamar dibagikan. pembagian kamar hotelku masih sama dengan saat yang di makkah. komposisi anggota kamarku masih sama. aku, pipit, mba evi, mba winny. tetapi sekarang kamarku dengan mas galih tidak terlalu dekat tetapi masih satu lantai. sepertinya selama di Madinah tidak bisa terlalu intens barengan sama mas galih. di masjid nabawi akan jarang bareng dengan mas galih karena pintu ikhwan dan akhwat jauh sedangkan jarak hotel ke masjid jauh lebih dekat. saatnya lebih dekat dengan teman sekamar :). Setelah makan malam, yang laki-laki dipersilahkan untuk ke masjid nabawi sedangkan perempuan tidak dianjurkan karena pintu masuk akhwat sudah ditutup. aku dan teman-teman se kamar penasaran ingin segera melihat masjid nabawi. selepas menaruh barang dan berwudhu, kita menuju masjid. pertama melihat masjid nabawi, speachless! Allahu Akbar.. dari segi arsitektur memang lebih keren. berharap kita bisa sholat di dalam masjid, namun harapan pupus setelah orang bercadar bilang pintu masuk perempuan sudah ditutup. okeeee.. balik ke hotel….. kita tunda ke masjidnya besok shubuh..